LAKUKAN HAL INI AGAR MEDIA SOSIAL TAK LAGI SEBAGAI TOKSIK!

6 comments
Konten [Tampil]

DAY 6 -Nah, ketemu lagi nih di challenge #BPN30daychallenge2018 dihari kelima ini..Hari ini temanya itu tentang media sosial. Pasti diantara kalian kenal dong namanya media sosial?



Sosial media itu bagaikan kebutuhan primer bagi orang-orang. Dari yang muda sampai yang tua, zaman sekarang gak lepas sama yang namanya media sosial. Setiap hari orang-orang bersilaturrahmi melalui media sosial. Media sosial memang memberikan kemudahan bagi pengguna seperti kita di era milenial ini. Seakan-akan jarak pun gak ada artinya dikarenakan media sosial yang menjangkau keseluruh pelosok. Lantas apakah benar media sosial itu toksik???



Ngomongin media sosial merupakan hal yang toksik. Sepertinya, aku ataupun kalian perlu berkaca lagi. Salah siapa? Apakah salah media sosial atau salah diri kita sendiri. Tepat beberapa hari yang lalu, aku memutuskan untuk mengurangi intensitas bermain media sosial, baik untuk sekedar scrool timeline ataupun membuat status di media sosial. Kenapa???



Karena, pada saat itu aku merasakan jenuh. Aku menyadari hal-hal yang kulakukan di media sosial itu buang-buang waktu. Scrool timeline instagram story orang, terus bosan, gitu-gitu aja terus. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengurangi intensitasku berlama-lama di media sosial. Cuma 3 hari sih aku menantang diriku sendiri untuk itu. Dan....berhasil dong.



Bisa kalian lihat perbedaan waktu ketika hari sebelum aku menantang diriku sendiri, jauh banget perbedaaanya. Dalam sehari rata-rata aku main instagram itu hampir 2 jam, aku aja ngeliatnya sampai terkejut. Ngapain aja tuh? Ya biasalah aku iseng-iseng nonton story instagram orang. Atau stalking sana-sini gitulah. Dibadningkan dengan hari Senin sampai dengan Kamis jauh banget. Dan aku senang banget dong bisa manajemen waktu bermain media sosialnya. (Bikin paragraf ini serasa bikin pembahasan skripsi deh, baca grafik segala). Hahaha

Hobiku sebagai seorang blogger tentu tidak bisa lepas dari yang namanya media sosial, dan sebagian pekerjaanku pun disana. Pernah, sesekali aku berpikir untuk meninggalkan media sosial. Tapi, itu sepertinya hal yang tidak mungkin. Dan setelah 3 hari aku berhasil mengurangi intensitas bermain media sosial Ada satu hal yang aku sadari, selama ini yang salah itu bukan media sosial. Tetapi, cara kita manajemen waktu dalam bermain media sosial.

Bermain Media Sosial Buang-Buang Waktu


Ya, selama ini caraku saja yang salah. Saat aku bosan, aku buka instagram. Terus log out, terus bosan lagi lalu liat timeline twitter. Sedang menunggu, jari jemariku selalu ingin membuka media sosial. Oh! Ternyata aku yang selama ini salah, aku selalu menjadikan media sosial sebagai pelampiasan ketika aku bosan ataupun ketika aku cape menunggu sesuatu. Padahal jika kulakukan itu untuk hal yang bermanfaat misalnya buka dasbor blog, tentu bisa menghasilkan 1 postingan blog. Tapi, karena keasyikan scrool timeline media sosial aku lupa ada banyak hal yang lebih bermanfaat dari itu yang bisa kulakukan.

Media Sosial itu Banyak Bohongnya!


Orang-orang beranggapan bahwa membuka media sosial itu bikin toksik karena kita liat relationship goals, family goal, atau apapun serba perfect. Dan ketika kita berkaca sama hidup kita? Kok hidupku gak sesempurna dia sih? Kok hidupku sedih terus sih? Dia kok bahagia-bahagia aja. Sampai akhirnya ada orang yang ngomong media sosial itu itu adalah kebohongan publik yang nyata. Padahal, kalau dipikir-pikir kita sebagai netizen aja yang lupa memandang sisi yang lain. Hey! Kita gak pernah tau sisi gelap hidup orang lain segelap apa ketika melihat postingan media sosialnya yang adem ayem aja, yang baik-baik aja, happy aja. Kita ini loh lupa bahwa tidak mungkin orang lain harus memamerkan kesedihan hidupnya. Ya, sah-sah aja mereka posting hal-hal yang bahagia. Lantas, kenapa harus menyalahkan media sosial sebagai kebohongan publik. 

So, aku mau ngasih tips buat kalian agar tidak lagi menganggap media sosial sesuatu hal yang toksik.

Manajemen Waktu Dalam Penggunaan Sosial Media


Semua memang kembali kepada diri kita sendiri, sesuatu yang berlebihan itu emang gak baik ternyata. Salah satunya berlebihan main media sosial juga gak baik untuk kesehatan pikiran kita loh. Nah, semua ya kembali lagi ke diri kita sendiri. Jangan terlalu berlama-lama main media sosial. Atur jadwal jam-jam tertentu kapan harus membuka sosial media, kapan harus tidak membukanya. Membatasi main media sosial ini emang langkah yang bagus sih, bisa bikin kita lebih produktif lagi melakukan hal lain ketimbang Cuma scrool timeline media sosial yang kita punya.

Berpikir Positif, Bersyukur!


Ketika kita scrool timeline media sosial, kita pasti akan banyak menemukan berbagai macam keadaan. Mulai dari relationship goal, family goal, bahagia sampai sedihnya keadaan seseorang. Agar tidak menimbulkan iri yang berlebihan  maka kita harus memiliki rasa syukur terhadap hidup yang kita alami sekarang ini. Dan agar tidak menimbulkan pikiran-pikiran negatif, ya kita juga harus selalu menanamkan pikiran positif untuk pikiran kita.

Gunakan Media Sosial Untuk Hal Bermanfaat


Media sosial itu bisa jadi toksik jika kita belum tau cara menggunakannya dengan bijak. Di era milenial ini, harusnya kita sudah pintar memanfaatkan media sosial. Contohnya, para selebgram diluar sana mereka memanfaatkan media sosial untuk pekerjaan mereka. Menjadikan media sosial bermanfaat bukan cuma sekedar untuk kepentingan kita loh, missal ha-hal kecil seperti “sharing is caring” itu adalah salah satu hal yang bermanfaat. Kita berbagi, lalu orang-orang mungkin sebagian akan merasakan manfaat apa yang telah kitabagikan dengan jari jemari kita ini.

Follow Akun Yang Bikin “Positive Vibes”


Kalau akun media sosial kalian isinya orang-orang marah, mengeluh, dan hal-hal negative lainnya aku yakin itu sangat mempengaruhi kediri kita sendiri. Kenapa? Ya, karena itu harusnya kita berada dilingkaran orang-orang yang hidupnya positif ajalah. Banyak kok akun-akun media sosial yang keren. Kalau kalian baca caption atau insta storynya bikin dampak hidup kalian lebih positif dan lebih bersemangat. 


Intinya sih ya, kembali lagi kepada kita gimana caranya agar bijak dalam menggunakan media sosial. Bukan cuma bijak menggunakannya, tapi bijak dalam menyikapinya. Agar nantinya gak ada lagi tuh yang namanya menyalahkan media sosial itu toksiklah atau apalah. Semua kembali ke pribadi kalian masing-masing. Nah, buat kalian sosial media itu gimana sih?
 
FatimahAqila
Hi i am Fatimah | 5 September 1996 | Love the color blue, pink, and white | Love Elmo very much | Lets make friends with me ❤

Related Posts

6 comments

  1. Kalau kita sebagai blogger, alhamdulillah media sosial memang buat hal bermanfaat ya tapi tetap dengan manajemen waktu yang baik juga.

    ReplyDelete
  2. Bagi aku, sosmed ini memang menjadi toksik kl nggak bisa manajemen waktu & aktivitas. Jd bener2 harus sesuai planning pas buka sosmed, supaya kita msh bisa konsen dg aktivitas yg menuntut konsentrasi.
    Contoh aja masak, resepnya dpt di fb. Jd kumode pesawat dulu supaya bisa fokus masak sambil baca resep yg ku-sc dari fb di ponsel.

    ReplyDelete
  3. Betul banget, kalo kuta keblineger sosmed bisa jadi toksik. Mending ya kalo main sosmed dapet duit, nah ini ngabisin duit buat beli kuota wkwk

    Temenku ada loh yg puasa instagram sampe akhirnya dia uninstal karena instagram itu penyakit bgt kata dia :(


    Salam,
    Simatakodok.blogspot.com

    ReplyDelete
  4. setuju bgt.akhirnya tergantung kitaaa banget kok.so,harus lebih bijak emang.oh iya kmrn baca data lagi..rata2 org indonesia 4 jam an loh ber medsos ria. yaa ampun..coba digunakan buat belajar internet marketing.lumayan bgt gak tuh.
    tetap semangat..

    ReplyDelete
  5. Media sosial di tangan yg salah memang akan menjadi toksik. Namun, di tangan org yg tepat media sosial bisa jd sngt bermanfaat.

    ReplyDelete
  6. Follow akun yg bs jadi positif vibes. Aah, ini ak banget loh fatimah. Kdg nih y yg bikin sosial media it toxic betul y ini. Kt terlalu keracunan sm kesempurnaan org. Makanya ak tuh g mau follow akun yg isinya sok perfect. Sukanya yg realistis.

    ReplyDelete

Post a Comment