LIKA-LIKU PERAN DOKTER DI TENGAH PANDEMI MENANGANI PENYAKIT KUSTA

Post a Comment
Konten [Tampil]

 Di masa pandemi ini, banyak pihak yang harus berjuang dengan perannya masing-masing. Salah satunya adalah para tenaga kesehatan yang harus berjuang untuk menangani pasien-pasien covid yang setiap harinya semakin meningkat. Namun, yang menjadi kendala adalah jumlah rasio dokter di Indonesia yang sangat rendah. Tahu nggak sih ternyara rasio dokter di Indonesia itu 0,4 per 1000 penduduk. Artinya hanya terdapat 4 dokter yang melayani 10.000 penduduk. Nah, sedikit sekalikan jumlahnya? 

Dengan jumlah rasio dokter yang sangat sedikit sehingga berdampak pada layanan kesehatan yang kurang optimal. Salah satu kelompok yang terdampak adalah pasien kusta. Pada beberapa kasus pasien kusta ini mereka bahkan terpaksa harus putus obat dan tidak mendapatkan layanan. Tentu ini menjadi pr yang sangat besar bagi para dokter di tengah pandemi yang juga harus tetap memberikan pelayanan optimal kepada para pasien kusta.

Beberapa hari yang lalu, aku menonton streaming youtube Berita KBR dengan tema “Lika-liku peran dokter di tengah pandemi”. Host pada talkshow tersebut yaitu Rizal Wijaya dan  2 narasumber yang ahli dibidangnya yaitu dr. Udeng Daman yang merupakan Technical Advisor NLR Indonesia dan dr. Ardiansyah selaku pengurus Ikatan Dokter Indonesia. 

 

 

 

Bagaimana Kondisi Pelayanan Kusta di Masa Pandemi?


 

Dokter Udeng Daman selaku Technical Advisor NLR Indonesia mengatakan bahwa daerah endemik kusta di Indonesia masih cukup banyak, bahkan tersebar di 21 Provinsi, 110 kota Kabupaten,. Dari 21 provinsi tersebut, ada kabupaten yang belum tereleminasi seperti Papua Barat, Maluku, dan Sulawesi Utara. Adapun faktor penyebab masih adanya daerah endemik kusta adalah lingkungan yang kurang sehat seperti kurangnya sanitasi, pengaruh sosial ekonomi, perilaku hidup sehari-hari yang kurang sehat, dan juga jumlah penduduk yang semakin padat.

Selain itu, penanganan penyakit kusta di daerah terpencil juga memiliki kendala seperti kurangnya akses transportasi, kurangnya tenaga kesehatan dan juga rujukannya yang sulit. Misal ada kasus kusta yang membutuhkan penanganan khusus. Namun, karena wilayah tersebut tidak ada dokter atau belum adanya dokter yang berwenang sehingga tidak dapat memberi rujukan maka ini menjadi hambatan tersendiri untuk menangani penderita penyakit kusta.

Menurut dr. Udeng, di semua faskes harus bisa menangani/ melayani pasien kusta. Meskipun ada puskesmas yang daerah kabupatennya tidak endemik. Maka bisa dicarikan strategi misal dirujuk ke puskesmas lainnya. Begitu pun dengan rumah sakit dan dokter praktik swasta agar bisa menangani pasien kusta. Apabila menemukan pasien kusta maka akan dirujuk ke puskesmas, karena obatnya tersedia disana. Setelah itu, tergantung bagaimana kebijakan masing-masing daerah saja. Apakah ruumah sakit mengembalikan pasien ke puskesmas atau puskesmas memberi obat ke rumah sakit.

Untuk penanganan penyakit kusta di daerah terpencil, menurut dr. Ardiansyah sebaiknya dokter didistribuskan ke daerah terpencil. Dan ini perlu bantuan dari pemerintah untuk memberikan jaminan keamanan, kesehatan, dan pendidikan pada dokter dan keluarga dokter yang bertugas di daerah terpencil tersebut.

Pada talkshow tersebut dr. Udeng Daman berharap untuk penanganan kusta ini lebih memprioritaskan daerah yang endemis kustanya tinggi, materi tentang kusta lebih intens lagi di fakultas - fakultas kedokteran, diharapkan dokter - dokter mengikuti pelatihan tentang kusta baik yang sifatnya formal maupun informal. Sedangkan hal-hal yang sudah dilakukan oleh IDI pun dalam penanganan kusta ini diantaranya yaitu bekerjasama dengan pemerintah, bekerjasama dengan pihak terkait seperti NGO, NLR, dan juga radio. Selain itu, tidak lupa untuk selalu memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit kusta ini.

Nah, itulah beberapa gambaran besar bagaimana lika-liku tenaga kesehatan khususnya dokter di tengah pandemi ini untuk menangani kusta. Semoga kedepannya penyakit kusta ini mendapatkan perhatian khusus, salah staunya adalah di daerah terpencil yang sulit dijangkau. Untuk para tenaga kesehatan, semoga tetap selalu semangat mengabdi dan menjadi garda terdepan dalam melayani masyarakat.

 

 

 

 

 

FatimahAqila
Hi i am Fatimah | 5 September 1996 | Love the color blue, pink, and white | Love Elmo very much | Lets make friends with me ❤

Related Posts

There is no other posts in this category.

Post a Comment