PENANGGULANGAN BENCANA BAGI OYPMK DAN PENYANDANG DISABILITAS

Post a Comment
Konten [Tampil]

Akhir-akhir ini Indonesia berduka karena terjadinya gempa yang menimpa saudara kita di Cianjur. Bahkan, BNPB sendiri mencatat ada sekitar 3000 peristiwa bencana alam di seluruh Indonesia sejak awal tahun. Untuk itu, Pemerintah pun berupaya secara maksimal untuk penanggulangan bencana. Termasuk bagi para rekan penyandang disabilitas dan OYPMK.

 

Pas banget, pada tanggal 29 November 2022 kemarin ruang publik KBR melalui live streaming membahas Bagaimana Penanggulangan Bencana Inklusif bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas. Dengan dihadiri 2 narasumber yaitu, bapak Drs. Pangarso Suryotomo selaku Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB dan Bejo Riyanto sebagai ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), yang merupakan Disabilitas terdampak bencana.

 

Pengalaman Mas Bejo Saat Menghadapi Bencana


Sebagai penyandang disabilitas ketika menghadapi bencana beliau pun menuturkan sama seperti masyarakat pada umumnya yang juga tidak tahu harus berbuat apa ketika terjadi bencana.  Maka sebagai orang awam saat menghadapi bencana beliau melakukan antisipasi dengan cara tidak menutup pintu rumah. Namun, kenyataannya saat malam hari terjadi gempa beliau malah menutup dan mengunci pintu. Wajar ya mungkin karena panik sih menurutku.

 

Menurut Mas Bejo, mengenai edukasi mitigasi bencana sudah mendapatkan akses informasinya melalui komunitas ataupun relawan. Sehingga, para penyandang disabilitas ataupun OYPMK dapat dengan mudah mendapatkan informasinya.

 

Mitigasi Bencana Bagi Penyandang Disabilitas



 

Menurut bapak Drs. Pangarso Suryotomo selaku Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB mengenai mitigasi bencana bagi penyandang disabilitas hampir sama dengan non disabilitas. Namun, pada saat penyelamatan pak Papang mengatakan untuk setiap daerah membuat suatu wadah agar memudahkan berkomunikasi dengan teman-teman disabilitas. Menurut pak Papang jangan sampai kita menganggap bahwa orang disabilitas merupakan orang yang lemah. Padahal, para disabilitas pun juga merasa diri mereka berdaya.


Sejak 2014 Pemerintah melalui BNPB mengeluarkan peraturan No. 14 Tahun 2014 bagaimana disabilitas mempunyai 3 hal seperti pertolongan, partisipasi, perlindungan. Para disabilitas juga berpartisipasi dalam membantu bencana alam melalui pemberitahuan data para disabilitas. Setiap bencana memiliki disabilitas baru, jadi tidak hanya disabiltas lama tapi disabilitas baru perlu di perhatikan setelah terkena bencana. Mitigasi bencana cara penyelamatan sama baik disabilitas dan non disabilitas tidak ada perbedaan karena kebanyakan disabilitas tidak ingin dibedakan.

 

Mengenai mitigasi bencana, Pak Papang mengatakan bahwa untuk selamat dari bencana tentu saja tidak bisa sepenuhnya menggantungkan diri terhadap relawan ataupun petugas bencana. Melainkan ada 3 hal yang menjadi faktor agar selamat dari bencana yaitu Diri sendiri yang kemungkinan 35%, Keluarga, Lingkungan sekitar yang mungkin persentasinya paling besar, dan juga petugas 4%. Nah untuk itu, penting sekali untuk membekali diri dengan informasi bagaimana cara mitigasi bencana. 

 

Selain itu, juga telah dibentuk Desa Tangguh Bencana yang merupakan para relawan di lingkungan sekitar yang mana ini tidak cuma dibentuk oleh BNPB tetapi juga didirikan oleh pemerintah provinsi dan kota setempat. Untuk mengedukasi bagaimana mitigasi bencana BNPB juga telah bekerja sama dengan kemendikbud memasukkan pendidikan mengenai bencana alam ini sebagai kurikulum sekolah yang bernama SPAB (Sekolah Pendidikan Aman Bencana). 

 

Masyarakat juga dihimbau untuk mendownload aplikasi Inarisk Personal yang merupakan aplikasi yang bisa mengetahui ditempat kita berada sedang terjadi hal apa. Sehingga ketika sedang terjadi gempa atau bencana, maka masyarakat bisa dengan mudah mengetahui hal apa yang perlu dilakukan. 

 

Menurut Pak Bejo, mengenai keterlibatan dari teman-teman disabilitas untuk siaga bencana ini memang agak kurang. Salah satunya bagi para OYPMK yang disebabkan isu kusta sehingga membuat orang memberikan perlakuan berbeda. Tentunya hal ini mengakibatkan bagi para penyandang disabilitas dan OYPMK kurang percaya diri. Pak Bejo juga berpesan untuk kita selalu siaga bencana, agar kiranya saat terjadi bencana kita sudah siap dan tahu bagaimana cara menghadapinya. 

 

Diskusi yang sangat menarik dan menjadi pengetahuan bagi para masyarakat untuk selalu siaga bencana. Tidak hanya untuk para penyandang disabilitas dan OYPMK saja tentunya. Karena, menurut Pak Papang bencana alam bisa terjadi kapan saja sehingga masyarakat dihimbau agar jangan lengah.




Related Posts

There is no other posts in this category.

Post a Comment